Dan setelah mempunyai beberapa orang putra yang diantaranya
bernama Abdullah, beliau lebih sering dipanggil Abu Abdullah. Akan tetapi,
berkenaan dengan madzabnya, maka kaum muslimin lebih menyebutnya sebagai madzab
Hanbali dan sama sekali tidak menisbahkannya dengan kunyah tersebut.
Sejak kecil, Imam Ahmad kendati dalam keadaan yatim dan
miskin, namun berkat bimbingan ibunya yang shalihah beliau mampu menjadi
manusia yang teramat cinta pada ilmu, kebaikan dan kebenaran. Dalam suasana
serba kekurangan, tekad beliau dalam menuntut ilmu tidak pernah berkurang.
Bahkan sekalipun beliau sudah menjadi imam, pekerjaan menuntut ilmu dan
mendatangi guru-guru yang lebih alim tidak pernah berhenti. Melihat hal
tersebut, ada orang bertanya, Sampai kapan engkau berhenti dari mencari ilmu,
padahal engkau sekarang sudah mencapai kedudukan yang tinggi dan telah pula
menjadi imam bagi kaum muslimin ? Maka beliau menjawab, Beserta tinta sampai
liang lahat.
Beliau menuntut ilmu dari banyak guru yang terkenal dan ahli
di bidangnya. Misalnya dari kalangan ahli hadits adalah Yahya bin Sa'id al
Qathan, Abdurrahman bin Mahdi, Yazid bin Harun, sufyan bin Uyainah dan Abu
Dawud ath Thayalisi. Dari kalangan ahli fiqh adalah Waki' bin Jarah, Muhammad
bin Idris asy Syafi'i dan Abu Yusuf (sahabat Abu Hanifah ) dll. dalam ilmu
hadits, beliau mampu menghafal sejuta hadits bersama sanad dan hal ikhwal
perawinya.
Meskipun Imam Ahmad seorang yang kekurangan, namun beliau
sangat memelihara kehormatan dirinya. Bahkan dalam keadaan tersebut, beliau senantiasa
berusaha menolong dan tangannya selalu di atas. Beliau tidak pernah gusar
hatinya untuk mendermakan sesuatu yang dimiliki satu-satunya pada hari itu.
Disamping itu, beliau terkenal sebagai seorang yang zuhud dn wara''. Bersih
hatinya dari segala macam pengaruh kebendaan serta menyibukkan diri dengan
dzikir dan membaca Al Qur'an atau menghabiskn seluruh usianya untuk
membersihkan agama dan mengikisnya dari kotoran-kotoran bid'ah dan
pikiran-pikiran yang sesat.
Salah satu karya besar beliau adalah Al Musnad yang memuat
empat puluh ribu hadits. Disamping beliau mengatakannya sebagai kumpulan
hadits-hadits shahih dan layak dijadikan hujjah, karya tersebut juga mendapat
pengakuan yang hebat dari para ahli hadits. Selain al Musnad karya beliau yang
lain adalah : Tafsir al Qur'an, An Nasikh wa al Mansukh, Al Muqaddam wa Al
Muakhar fi al Qur'an, Jawabat al Qur'an, At Tarih, Al Manasik Al Kabir, Al
Manasik Ash Shaghir, Tha'atu Rasul, Al 'Ilal, Al Wara' dan Ash Shalah.
Ujian dan tantangan yang dihadapi Imam Ahmad adalah hempasan
badai filsafat atau paham-paham Mu''tazilah yang sudah merasuk di kalangan
penguasa, tepatnya di masa al Makmun dengan idenya atas kemakhlukan al Qur'an.
Sekalipun Imam Ahmad sadar akan bahaya yang segera menimpanya, namun beliau tetap
gigih mempertahankan pendirian dan mematahkan hujjah kaum Mu'tazilah serta
mengingatkan akan bahaya filsafat terhadap kemurnian agama. Beliau berkata
tegas pada sultan bahwa al Qur'an bukanlah makhluk, sehingga beliau diseret ke
penjara. Beliau berada di penjara selama tiga periode kekhlifahan yaitu al
Makmun, al Mu'tashim dan terakhir al Watsiq. Setelah al Watsiq tiada, diganti
oleh al Mutawakkil yang arif dan bijaksana dan Imam Ahmad pun dibebaskan.
Imam Ahmad lama
mendekam dalam penjara dan dikucilkan dari masyarakat, namun berkat keteguhan
dan kesabarannya selain mendapat penghargaan dari sultan juga memperoleh
keharuman atas namanya. Ajarannya makin banyak diikuti orang dan madzabnya
tersebar di seputar Irak dan Syam. Tidak lama kemudian beliau meninggal karena
rasa sakit dan luka yang dibawanya dari penjara semakin parah dan memburuk.
Beliau wafat pada 12 Rabi'ul Awwal 241 H (855). Pada hari itu tidak kurang dari
130.000 Muslimin yang hendak menshalatkannya dan 10.000 orang Yahudi dan
Nashrani yang masuk Islam. Menurut sejarah belum pernah terjadi jenazah
dishalatkan orang sebanyak itu kecuali Ibnu Taimiyah dan Ahmad bin Hanbal.
Semoga Allah senantiasa memberikan rahmat atas keduanya. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar